Dosen Unand Latih Petani di Agam Kembangkan Agribisnis Sayuran Sehat Bersertifikat

Dosen Unand Latih Petani di Agam Kembangkan Agribisnis Sayuran Sehat Bersertifikat

Tim Dosen Unand usai melatih para petani di Nagari Pakan Sinayan cara mengembangkan sayuran sehat bersertifikat prima 3. (Foto: Istimewa)

Dosen Universitas Andalas (Unand) melatih para petani di Kenagarian Pakan Sinayan, Kecamatan Banuhampu, Kabupaten Agam cara pengembangan agribisnis sayuran sehat untuk peningkatan daya saing dan pendapatan.

Pelatihan ini merupakan lanjutan dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat secara berkelanjutan untuk membantu usaha berkembang yang dilaksanakan setiap tahun.

“Jumlah petani yang diberi pelatihan sebanyak 50 orang,” kata Ketua Pengabdian Cesar Welya Refdi didampingi anggota Prof Trimurti, Prof Herviyanti, Prof Ratni, dan Prof Melinda Noer, Minggu (27/11/2022).

Pelatihan dilakukan dalam tiga sesi. Pertemuan pertama, 7 November. Pertemuan kedua, 14 November, dan pertemuan ketiga 21 November.

“Pelatihan dibantu Wali Nagari. Dananya dari Nagari dan Unand. Bentuk pelatihannya penyampaian materi di ruangan. Ada juga praktik di lapangan membuat amelioran, produk, dan membuat bio pestisida,” papar Welya.

Pelatihan dilakukan di Aula Kantor Wali Nagari Pakan Sinayan. Rumah Packing Kelompok Tani Baramban. Sementara praktik di lapangan dilakukan di Rumah Packing Kelompok Tani Baramban.

Welya menjelaskan, pelatihan ini berawal dari pengembangan sayuran sehat bersertifikat prima 3 di Kecamatan Banuhampu, termasuk Nagari Pakan Sinayan yang dilakukan Prof Trimurti sejak tahun 2014.

Hingga tahun 2018 telah banyak lahan yang teregistrasi, dan telah banyak petani yang memiliki sertifikat prima 3 atau minim penggunaan pestisida.

Baca Juga:

Kalah Tipis 0-1 dari Kosta Rika, Tiket Lolos 16 Besar Jepang Menjauh

Namun sampai pada tahun tersebut, upaya yang dilakukan tidak terus berkembang. Salah satu penyebabnya, sayuran sehat bersertifikat prima 3 itu dijual para petani di pasar tradisional.

Sehingga harganya sama dengan harga pasar. Terkadang naik dan turun, tergantung supplay dan demand. 

Padahal para petani bersertifikat prima 3 tersebut tidak memakai pestisida dan butuh usaha ekstra untuk merawat sampai sayuran sehat itu bisa dijual. 

“Artinya modalnya besar, risiko lebih besar. Jadi. Petani ini merasa untuk apa melakukan pengembangan sayuran sehat bersertifikat prima 3 sedangkan orang tidak menghargai itu,” ujar Welya.

Di sisi lain, lanjut Welya, pada tahun 2019, tim pengabdian masyarakat yang terlibat juga telah membina salah satu kelompok tani, yakni Kelompok Tani Baramban.

Pembinaan yang diberikan mulai dari cara membuat pestisida, amelioran, dan biochar berbahan alami yang minim biaya namun tetap tanpa bahan kimia.

Meski telah menemukan pangsa pasar yang sesuai dan mau menerima sayuran sehat bersertifikat prima 3 seperti rumah sakit, restoran, dan retail, namun proses pembinaan yang dilakukan pada tahun itu juga menemukan masalah. 

Salah satunya, sayuran sehat bersertifikat prima 3 harus tersedia dalam jumlah yang banyak dan berkelanjutan.

Baca Juga:

Tim Peneliti BRIN Kembangkan Bahan Ajar Profil Pelajar Pancasila Berbasis Kaba

Permintaan dalam jumlah yang banyak dan berkelanjutan ini tidak bisa terpenuhi hanya dengan Kelompok Tani Baramban. Sehingga butuh beberapa kelompok tani kerja bersertifikat prima 3 lainnya.

“Makanya kami berikan pelatihan ini untuk penyamaan persepsi petani bersertifikat prima 3 yang telah teregistrasi lahannya,” sebut Welya.

Lebih lanjut Welya menyampaikan, para petani yang mengikuti pelatihan ingin menerima langsung uang penjualan sayuran bersertifikat prima 3 saat panen.

Sementara pangsa pasar tidak bisa memenuhi sistem pembayaran tersebut. Mengatasi persoalan itu, ungkap Welya, solusi yang dipilih adalah sistem pemasaran dikelola oleh Badan Usaha Milik Nagari (Bumnag).

“Petani akan dibayar dulu oleh Bumnag, lalu Bumnag yang akan memasarkan ke tempat-tempat yang menerima sayuran sehat bersertifikat prima 3 ini,” ungkap Welya.

Welya menyebut, di akhir kegiatan pelatihan juga dibentuk anggota kepengurusan yang bertugas mendata komoditi para petani yang telah bersertifikat prima 3, hingga mendata pangsa pasar dan memasarkan.

“Terus tugasnya juga mendata siapa yang akan panen, siapa yang menyuplai pada waktu-waktu tertentu. Harapannya petani dengan menjual sayuran sehat ini bisa naik taraf hidupnya,” tutur Welya. (adv/ik)

Baca Juga

Project Based Learning Psikologi UPI YPTK Padang Sasar Panti Asuhan Muhammadiyah
Project Based Learning Psikologi UPI YPTK Padang Sasar Panti Asuhan Muhammadiyah
Menaker Yassierli: Soft Skills Kunci Sukses Tenaga Kerja di Era Digital
Menaker Yassierli: Soft Skills Kunci Sukses Tenaga Kerja di Era Digital
Indosat Dorong Talenta Muda Hadapi Transformasi Digital Melalui Seminar Inspiratif
Indosat Dorong Talenta Muda Hadapi Transformasi Digital Melalui Seminar Inspiratif
Unand-DLH Padang Kolaborasi Kelola Sampah Organik dengan Maggot: Solusi Inovatif Masalah Sampah
Unand-DLH Padang Kolaborasi Kelola Sampah Organik dengan Maggot: Solusi Inovatif Masalah Sampah
Unand Perkuat Peran dalam Mitigasi Bencana Bersama Alumni
Unand Perkuat Peran dalam Mitigasi Bencana Bersama Alumni
Inovasi Unggul, Tinta Gambir Karya Dosen Unand Kembali Digunakan di Pilkada 2024
Inovasi Unggul, Tinta Gambir Karya Dosen Unand Kembali Digunakan di Pilkada 2024