Keingintahuan terhadap leluhur yang pernah hidup dan wafat di Kota Padang Panjang, Sumatera Barat (Sumbar), membawa dua warga kebangsaan Belanda Maxfer Werda dan Joras melakukan penelusuran di Kota Padang Panjang.
Selama dua hari, Selasa (25/7/2023) dan Rabu (26/7/2023), ayah dan anak ini akhirnya menemukan makam sang nenek, rumah kelahiran ibu dari Maxfer yang ternyata berlokasi di Radio Bahana.
Mereka juga menemukan jejak sejarah lain moyang mereka. Semua itu berkat bantuan dari Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (DPK) Kota Padang Panjang yang memandunya.
Menurut Tenaga Penerjemah DPK Kota Padang Panjang, Fitria Diane Pratiwi Syukri, DPK merupakan tempat awal yang Maxfer dan Joras kunjungi untuk menggali informasi.
“Mereka memperlihatkan foto-foto daerah Bukit Surungan tempo dulu, lapangan pacu kuda Bancalaweh, bangunan peninggalan Belanda yang sekarang menjadi SMA Negeri 1, lapangan tenis,” sebut Fitri dikutip dari rilis Diskominfo Padang Panjang, Senin (31/7/2023).

Maxfer (Kiri) dan Joras (Kanan) (Foto: Dok Diskominfo Padang Panjang)
Fitri menyampaikan, dirinya kemudian memandu Maxfer dan Joras sesuai dengan keterangan yang disampaikan. Yang pertama ditelusuri ialah makam nenek dari Maxfer.
“Setelah kita cocokkan penjelasannya, makam tersebut ditemukan di belakang Musala Asyifa, Kelurahan Tanah Pak Lambik. Meninggal sekitar tahun 1930. Kita senang, warga setempat turut membantu informasi lokasinya,” kata Fitri.
Joras yang merupakan profesor di Universitas Leiden juga meminta menelusuri kuburan Belanda di kelurahan itu, terletak di Belakang Tangsi Gudang Pupuk dekat SDIT Ma’arif.
Selanjutnya Maxfer dan Joras berkunjung ke SMAN 1 Padang Panjang di Kelurahan Guguk Malintang. Berdasarkan cerita Maxwer, kakeknya bernama Cornelius dulu pernah menjadi kepala sekolah sekitar 1922 hingga 1930.
“Setelah istri kakeknya meninggal, mereka sekeluarga balik ke Belanda. Ibu Maxfer saat itu baru berusia 3 bulan. Jadi lokasi Radio Bahana ini tempat kelahiran ibunya. Mereka mendiami rumah itu sejak 1927. Kakek dan neneknya lahir di Padang Panjang pada tahun yang sama kira-kira 1887,” jelas Fitri.
Diceritakan Fitri, Maxfer dan Joras sangat terkesan dengan Kota Padang Panjang. Apalagi setelah berkunjung ke Pusat Dokumentasi dan Informasi Kebudayaan Minangkabau (PDIKM).
Saat berpisah, sebut Fitri, Joras mengucapkan kalimat tentang kebaikan dan keramahan warga Padang Panjang.
“Senang sekali tempat ini pernah menjadi bagian dari keluarga kami,” ujar Fitri menirukan ucapan Joras. (*/red)