Triwulan I tahun 2023, inflasi Kota Padang, Sumatera Barat (Sumbar) tercatat sebesar 5,94 persen secara year on year (yoy). Angka ini turun dibanding dengan triwulan IV tahun 2022 sebesar 7,38 persen yoy.
Hal ini dituturkan Kepala Bank Indonesia (BI) Perwakilan Sumbar, Endang Kurnia Saputra dalam acara Seminar Diseminasi Laporan Perekonomian Provinsi Sumbar, Selasa (18/7/2023).
Menurut Endang, berdasarkan data BI Perwakilan Sumbar, inflasi Kota Padang pada Triwulan I 2023 bersumber dari inflasi kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 8,00 persen yoy dengan andil sebesar 2,45 persen yoy.
Inflasi kelompok makanan dan minuman dan tembakau terutama disebabkan oleh inflasi komoditas beras, rokok kretek filter, dan ikan cakalang/sisik.
Kelompok selanjutnya yang menyumbang andil inflasi tertinggi yaitu kelompok transportasi dengan realisasi inflasi sebesar 14,21 persen yoy dan andil sebesar 2,23 persen yoy.
“Komoditas utama penyumbang inflasi pada kelompok transportasi yaitu komoditas bensin, angkutan udara, dan mobil,” ungkap Endang dikutip Kamis (20/7/2023).
Baca Juga:
Syarif, Siswa Ar Risalah Padang Lolos Olimpiade Sains Nasional 2023
Selanjutnya kelompok penyumbang inflasi di Kota Padang yaitu kelompok penyediaan makanan dan minuman restoran dengan inflasi sebesar 4,45 persen yoy dan andil 0,41 persen yoy bersumber dari ketupat lontong sayur, nasi dengan lauk dan ayam bakar.
Sementara itu, lanjut Endang, inflasi sumber pada triwulan I 2023 tercatat sebesar 2,95 persen yoy, lebih rendah dibandingkan triwulan IV tahun 2022 sebesar 7,43 persen.
Penyesuaian subsidi bahan bakar minyak pada September 2022 masih menjadi penyumbang utama inflasi gabungan Sumbar.
Selain itu inflasi juga didorong oleh peningkatan masyarakat pada momentum Ramadhan, peningkatan biaya transportasi pangan, masih tingginya tren harga energi, kondisi cuaca, serta penyewa serta penyesuayan tarif cukai rokok.
“Inflasinya sudah turun 2,95 persen tadinya 7,43. Artinya turun 5 persen lebih. Alhamdulillah Sumbar sudah tidak disebut lagi provinsi inflasi tapi provinsi deflasi. Ini menuju pertumbuhan ekonomi yang membaik inflasinya turun, bisnis bagus,” kata Endang. (*)