Sumbardaily.com, Padang – Sumatera Barat (Sumbar) mengalami tren kenaikan harga berbagai komoditas pada awal tahun 2025. Berdasarkan pemantauan Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumbar di empat kabupaten/kota, tercatat inflasi year on year (yoy) sebesar 1,24 persen pada Januari 2025.
Indeks Harga Konsumen (IHK) mengalami peningkatan dari 106,62 pada Januari 2024 menjadi 106,93 pada Januari 2025. Sementara itu, secara month to month (mom), Sumbar mencatatkan inflasi sebesar 0,03 persen. Angka yang sama juga tercatat untuk inflasi year to date (ytd) hingga Januari 2025.
Kepala BPS Sumbar, Sugeng Arianto, mengungkapkan bahwa seluruh kota IHK di wilayahnya mengalami inflasi yoy. "Kabupaten Pasaman Barat mencatatkan inflasi tertinggi sebesar 2,38 persen dengan IHK 108,40. Sementara Kota Padang mencatatkan inflasi terendah sebesar 0,81 persen dengan IHK 106,39," jelasnya, Selasa (4/2/2025).
Berdasarkan kelompok pengeluaran, inflasi year-on-year terjadi akibat kenaikan harga di berbagai sektor. Kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya mencatatkan kenaikan tertinggi sebesar 7,71 persen, diikuti kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebesar 4,60 persen. Sektor pendidikan mengalami kenaikan 2,98 persen, sementara kelompok kesehatan naik 2,71 persen.
Kenaikan juga terjadi pada kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya sebesar 1,78 persen, kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 1,39 persen, dan kelompok transportasi sebesar 1,30 persen. Kelompok pakaian dan alas kaki naik 0,73 persen, sedangkan kelompok perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga mengalami kenaikan sebesar 0,22 persen.
Beberapa komoditas utama yang memberikan andil inflasi yoy pada Januari 2025 meliputi emas perhiasan, beras, cabai merah, dan minyak goreng. Produk tembakau seperti Sigaret Kretek Mesin (SKM), Sigaret Putih Mesin (SPM), dan Sigaret Kretek Tangan (SKT) juga berkontribusi signifikan terhadap inflasi.
Dari segi kontribusi terhadap inflasi yoy, kelompok makanan, minuman, dan tembakau memberikan andil terbesar sebesar 1,52 persen. Kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya menyumbang 0,36 persen, sementara kelompok transportasi dan penyediaan makanan/minuman masing-masing berkontribusi sebesar 0,14 persen.
Kelompok pendidikan memberikan andil sebesar 0,13 persen, kelompok kesehatan sebesar 0,07 persen, dan kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 0,05 persen. Sementara itu, kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya menyumbang 0,03 persen, dan kelompok perlengkapan rumah tangga berkontribusi sebesar 0,01 persen. (ik)