Manajemen pemasaran sayuran sehat bersertifikat prima 3 harus dilakukan secara tepat agar bernilai jual yang tinggi. Sehingga para petani bisa menikmati keuntungan.
Jika manajemen pemasarannya kurang tepat, maka nilai jual sayuran sehat bersertifikat prima 3 akan sama dengan sayuran yang diproduksi secara konvensional.
Hal itu dikatakan Prof Ratni Prima Lita, Guru Besar Manajemen Pemasaran, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Andalas (Unand) yang tergabung dalam Tim Pengabdian Masyarakat di Kecamatan Banuhampu, Kabupaten Agam.
Pengabdian masyarakat ini dilakukan secara berkelanjutan setiap tahun untuk membantu agar usaha kelompok tani bisa berkembang.
Ratni mengatakan, mayoritas kelompok tani penghasil sayuran sehat bersertifikat prima 3 di Kecamatan Banuhampu masih menjual produk sayuran tersebut di pasar tradisional daerah setempat.
Baca Juga:
Dosen Unand Kembangkan Budidaya Sayuran Sehat dengan Teknik PHT di Agam
Dengan menjual di pasar tradisional, harga sayuran sehat bersertifikat prima 3 sama dengan harga sayuran yang diproduksi secara konvensional.
“Padahal para petani penghasil produk sayuran sehat ini melakukan usaha lebih dibanding petani yang menghasilkan produk sayuran dengan cara konvensional,” ujar Ratni, Rabu (14/12/2022).
Untuk itu, menurut Ratni, sayuran sehat bersertifikat prima 3 yang dihasilkan para petani di Kecamatan Banuhampu harus dijual ke end user yang mencari dan membutuhkan sayuran sehat.
“Jika ini dilakukan, sayuran sehat ini bisa dijual dengan harga yang tinggi. Dengan begitu, akan menguntungkan bagi para petani dan mereka bisa menikmati keuntungannya,” kata Ratni.
Lebih lanjut Ratni menyampaikan, langkah ini telah mulai dilakukan Kelompok Tani di Kecamatan Banuhampu bekerja sama dengan Badan Usaha Milik Nagari (Bumnag) dari pemerintah nagari setempat.
Dalam kerjasama ini, Bumnag membantu pemasaran produk sayuran sehat prima 3 yang dihasilkan para petani.
Baca Juga:
Direktur TV Aljazair Dipecat Gegara Siarkan Berita Kemenangan Timnas Maroko
“Kita sudah menyarankan agar mereka mencoba menjajaki pemasaran ke rumah sakit, restoran, hotel, dan ritel gitu. Tapi kendalanya, hasil produksinya belum mencukupi untuk memenuhi permintaan pasar,” sebut Ratni.
Kendati demikian, Ratni mengatakan, Dosen Unand yang terlibat dalam Tim Pengabdian juga telah memberikan solusi agar para petani mengatur pola tanam yang konsisten.
Selain itu, Bumnag harus mencari pangsa pasar untuk menjual produk sayuran sehat bersertifikat prima 3 dengan memperhatikan kemampuan produksi para petani.
“Misalnya, para petani hanya rutin menghasilkan tiga produk sayuran sehat, seperti cabai, bawang, tomat, nah itu dicari pasarnya. Jadi bisa memenuhi kebutuhan atau permintaan pasar,” jelas Ratni.
Untuk itu, sebut Ratni, untuk bisa menggarap pemasaran sayuran sehat harus dimulai dengan membuat rencana bisnis. Jika rencana bisnis telah ada, tahap pertama lakukan pemetaan produksi agar ketersediaan produk bisa terjamin.
“Sehingga harga produk sayuran sehat ini bisa kita naikkan. Angkanya bisa sampai 10-30 persen dari harga sayur yang diproduksi secara konvensional,” ucap Ratni. (adv/ik)