Generasi Alpha atau Gen Alpha yang terdiri dari anak-anak yang lahir antara tahun 2010 hingga 2025, tumbuh di tengah kemajuan teknologi yang pesat. Mereka adalah generasi pertama yang diperkenalkan dunia digital sejak lahir, sehingga perkembangan teknologi ini berdampak signifikan pada aspek sosial, emosional, dan kognitif mereka.
Perkembangan teknologi, khususnya di bidang pendidikan, telah mengubah banyak aspek cara belajar, aksesibilitas, dan proses evaluasi. Teknologi kini menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari Gen Alpha, memungkinkan mereka memanfaatkan berbagai alat digital sebagai sarana pembelajaran yang efektif. Namun, penggunaan teknologi ini harus diimbangi dengan pengawasan yang tepat agar tidak menimbulkan dampak negatif.
Sayangnya, tingginya tingkat penggunaan teknologi di kalangan Gen Alpha juga membawa tantangan. Banyak dari mereka yang cenderung menggunakan AI dan alat digital lainnya sebagai jalan pintas dalam pembelajaran. Hal ini dapat menyebabkan anak-anak Gen Alpha menjadi kurang kritis, kesulitan mengingat materi, dan mengalami penurunan motivasi untuk belajar secara mandiri.
Teknologi Pengenalan Sejak Dini
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan Mark McCrindle menemukan fakta bahwa anak-anak yang lahir di atas tahun 2010, atau yang dinamainya dengan Gen Alpha, merupakan generasi yang paling melek dan tidak bisa dipisahkan dengan teknologi.
Lebih jauh lagi McCrindle mengatakan, berkat penguasaannya akan teknologi itu jugalah, Gen Alpha diperkirakan akan menjadi generasi yang semakin maju, sejahtera, dan terdidik.
Dari pernyataan di atas mau tidak mau orang tua harus mengenalkan teknologi pada Generasi Alpha sejak dini, agar Gen Alpha dapat memiliki daya saing yang tinggi di masa depan. Namun disisi lain para orang tua juga khawatir akan dampak negatif yang ditimbulkan dari teknologi yang diajarkan sejak dini.
Anak-anak Gen Alpha mulai mahir menggunakan teknologi genggam di usia yang lebih muda dibandingkan generasi sebelumnya, dengan 43% memiliki tablet sebelum usia 6 tahun dan 58% memiliki telepon pintar sebelum usia 10 tahun. Akibatnya, mereka mulai menggunakan media sosial sejak dini dalam perkembangan mereka dan menunjukkan preferensi untuk aplikasi dan platform tertentu.
Sebuah studi tentang penggunaan media sosial oleh Gen Alpha menunjukkan bahwa mereka lebih menyukai aplikasi yang menampilkan konten yang singkat dan menarik perhatian. YouTube adalah aplikasi video paling populer bagi anak-anak Gen Alpha, yang menghabiskan rata- rata 84 menit sehari di platform tersebut, menikmati beragam program hiburan dan edukasi.
Selain itu, anak-anak Gen Alpha mengandalkan aplikasi seperti YouTube untuk memperkenalkan mereka pada merek dan produk baru, tidak seperti Gen Z yang terutama memanfaatkan media sosial tradisional untuk tujuan ini.
Dampak Negatif Penggunaan Teknologi Sejak Dini
Minat membaca pada Gen Alpha mengalami penurunan yang signifikan. Fenomena ini menjadi perhatian serius, mengingat generasi ini adalah generasi yang akan memimpin masa depan. Survei terbaru dari Perpustakaan Nasional Republik Indonesia menunjukkan bahwa hanya 37% anak muda di bawah 25 tahun yang memiliki kebiasaan membaca buku secara rutin, angka yang menurun dibandingkan dengan 54% pada tahun 2015.
Salah satu penyebab menurunnya minat membaca pada Gen Alpha karena penggunaan teknologi yang tidak tepat dan karena kurang nya pengawasan orang tua terhadap anak-anaknya. Gen Alpha lebih banyak menghabiskan waktunya untuk kegiatan yang tidak bermanfaat seperti game, berselancar di media sosial dan menonton.
Hal inilah yang menyebabkan Indonesia menjadi negara dengan minat literasi yang rendah. Perubahan pola interaksi sosial, ketergantungan pada teknologi, individualisme dalam belajar yang dapat mengurangi keterampilan kolaborasi, hingga turunnya fokus belajar karena gangguan dari hiburan gadget.
Menurut laporan dari We Are Social dan Hootsuite, waktu yang dihabiskan untuk menggunakan internet oleh anak muda Indonesia mencapai 8 jam per hari, jauh lebih banyak dibandingkan waktu yang mereka luangkan untuk membaca.
Namun, selain karena penggunaan teknologi yang tidak tepat, aksesibilitas buku yang terbatas juga menjadi kendala. Meski sudah banyak juga e-book yang tersedia di platform digital. Berdasarkan penelitian Asosiasi Penerbit Indonesia, sekitar 60% masyarakat merasa bahwa harga buku yang tinggi menjadi penghalang utama untuk membeli dan membaca buku. Ini membuat generasi muda lebih memilih konten gratis yang tersedia secara online.
Selain itu, penggunaan teknologi juga bisa berdampak pada kesehatan. Penggunaan gedget yang meluas di kalangan Gen Alpa menimbulkan kekhawatiran mengenai kesehatan dan kesejahteraan mereka. Waktu menatap layar yang berlebihan dapat berdampak buruk pada kesehatan fisik dan perkembangan mental mereka. Penting bagi orang tua dan pendidik untuk menetapkan batasan dan memantau penggunaan gadget mereka untuk memastikan keseimbangan yang sehat.
Bagaimana Cara Menghadapi Generasi Alpha?
Dalam pendidikan dan pembelajaran Gen Alpha lebih menyukai pembelajaran berbasis teknologi, sekolah-sekolah kini mulai mengadopsi metode pembelajaran ini, seperti penggunaan perangkat tablet dan aplikasi pembelajaran membantu menciptakan lingkungan belajar yang menarik.
Gen Alpha dapat belajar dengan cara yang lebih menyenangkan dan efektif dibandingkan metode tradisional. Selanjutnya, keterampilan digital menjadi sangat penting bagi Gen Alpha. Mereka perlu belajar tidak hanya cara menggunakan teknologi, tetapi juga cara berpikir kritis tentang informasi yang mereka konsumsi. Pendidikan harus mencakup pelajaran tentang keamanan online, privasi, dan etika digital.
Banyak juga peluang bagi Gen Alpha di era digital seperti kreativitas dan inovasi, era digital memberikan banyak peluang bagi Gen Alpha untuk mengekspresikan kreativitas mereka. Mereka dapat membuat konten digital seperti video, gambar, dan musik. Platform seperti YouTube dan TikTok memungkinkan mereka untuk berbagi karya mereka dengan audiens yang lebih luas. Kesempatan Karir, dengan berkembangnya teknologi, banyak peluang karir baru muncul. Gen Alpha dapat mengeksplorasi bidang- bidang seperti pengembangan perangkat lunak, desain game, dan pemasaran digital. Pendidikan yang kuat dalam STEM (Science, Technology, Engineering, and Mathematics) akan sangat menguntungkan mereka di masa depan.
Gen Alpha adalah generasi yang unik, dibentuk oleh teknologi dan inovasi. Meskipun mereka menghadapi berbagai tantangan, seperti kesehatan internal dan keterampilan sosial, mereka juga memiliki banyak peluang untuk berkembang. Dengan dukungan yang tepat dari orang tua, pendidik, dan masyarakat, Gen Alpha dapat memanfaatkan era digital ini untuk menciptakan masa depan yang cerah dan inovatif.
Untuk memaksimalkan manfaat teknologi dalam pendidikan, penting bagi orang tua dan pendidik untuk menciptakan keseimbangan. Langkah-langkah ini termasuk pengawasan yang tepat untuk memastikan penggunaan teknologi yang produktif, pembelajaran aktif yang mendorong diskusi dan pemecahan masalah, serta pengajaran keterampilan berpikir kritis agar Generasi Alpha dapat menggunakan teknologi dengan bijak.
Dengan pendekatan yang seimbang, kita dapat membantu mereka berkembang menjadi individu yang cerdas dan kreatif. Dapat membimbing mereka menjadi individu yang tidak hanya cerdas secara teknologi, tetapi juga seimbang secara emosional dan sosial. (*)
Penulis: Laila Fathul Zanah (Mahasiswa Universitas Jambi)