Sumbardaily.com, Payakumbuh – Gelaran konser musik bertajuk Sarga Festival di Kota Payakumbuh, Sumatera Barat (Sumbar) menuai kecaman dari sejumlah ulama. Pasalnya, dalam konser yang berlangsung 27 September 2025 itu, sekelompok penonton kompak mengubah lirik lagu Minang populer berjudul Patah Bacinto sehingga dinilai menghina Tuhan.
Konser musik ini merupakan rangkaian hiburan dari ajang Indonesia’s Horse Racing (IHR) Cup II 2025 yang digagas Sarga.co, promotor olahraga berkuda di Indonesia. Dalam salah satu penampilan, penyanyi Minang Ratu Sikumbang membawakan lagu Patah Bacinto yang kemudian diremix oleh DJ lokal Damonok. Momen inilah yang memicu polemik, sebab penonton ramai-ramai melontarkan plesetan lirik pada bagian reff.
Lirik asli Patah Bacinto berbunyi:
Patah bacinto, itu biaso (patah bercinta, itu biasa).
Kok indak jodoh, Tuhan kuaso (kalau tidak jodoh, Tuhan Maha Kuasa).
Namun, para penonton mengganti lirik Tuhan Kuaso menjadi “Tuhan den paso”, yang berarti Tuhan saya paksa. Aksi tersebut direkam dalam cuplikan video yang beredar luas di media sosial dan menimbulkan reaksi keras kalangan ulama serta tokoh masyarakat.
Ulama dan Tokoh Agama Geram
Aktivis dakwah Sumbar, Ustaz Muhammad Siddiq, menyatakan bahwa ulama di Kabupaten Lima Puluh Kota dan Kota Payakumbuh menilai tindakan tersebut sangat melukai perasaan umat beragama.
"Kami para ustaz, ulama, tokoh masyarakat sangat menyayangkan dan menyesalkan kenapa terjadi ungkapan kata-kata yang sangat memilukan bagi orang beragama. Sebab kita sebagai hamba harus patuh kepada Tuhan Yang Maha Kuasa," ujar Siddiq ketika dihubungi, Jumat (3/10/2025).
Menurutnya, perubahan lirik itu seolah menentang takdir Tuhan dan tidak pantas diucapkan, terlebih mayoritas penonton konser adalah kalangan muda.
"Kami sangat merisaukan keadaan generasi muda kita ini. Kalau ingin konser musik, ya silakan dan terserah, tapi jangan terlalu nekad beranikan diri menentang takdir Tuhan," ungkapnya.
Panitia Dianggap Kecolongan
Siddiq menyebut, meski kemungkinan besar hal itu lahir dari ketidaktahuan penonton, panitia penyelenggara tetap harus bertanggung jawab karena dianggap lalai mengawasi jalannya acara.
"Di Minangkabau ada falsafah yakni adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah. Kita harus kembalikan nilai-nilai agama dan moral itu," ucapnya.
Ia menegaskan agar panitia konser segera menyampaikan permintaan maaf secara terbuka kepada masyarakat. Jika tidak, ulama bersama tokoh masyarakat akan mengambil langkah hukum.
"Untuk saat ini kami masih bersifat persuasif, memberikan nasihat bahwa apa yang telah dilakukan tidak sesuai norma keagamaan. Silakan bertaubat. Kami meminta panitia acara segera meminta maaf," tegas Siddiq.
Lebih lanjut, ia memperingatkan agar kejadian serupa tidak terulang. "Kami mempertanyakan panitia kenapa sampai kecolongan seperti ini. Lirik diubah, padahal menentang norma agama. Jangan sampai terulang kembali. Silakan minta maaf kepada masyarakat Minangkabau," tambahnya. (wan/red)