Otak manusia dengan segala kompleksitas dan keunikannya dikelompokan sebagai suatu organ yang paling misterius dan luar biasa dari dalam tubuh manusia.
Sebagai pusat kendali seluruh aktivitas tubuh, otak bertanggung jawab atas fungsi-fungsi dasar seperti pernapasan, detak jantung, dan gerakan tubuh, sambil menyimpan potensi untuk berpikir, merasakan, berkreasi, serta membentuk memori yang menjadi pondasi identitas manusia, namun, otak, meski memiliki kemampuan tak terbatas tetap merupakan organ rentan yang berpotensi terkena berbagai gangguan yang mempengaruhi kualitas hidup. Salah satu gangguan otak yang berdampak buruk adalah demensia.
Demensia sendiri ialah kondisi neurodegenerative atau yang dimaksud sebagai penurunan fungsi dan struktur system saraf pusat maupun perifer secara progresif akibat degenerasi atau kematian sel-sel neuron yang menyerang kelakuan otak dalam hal fungsi kognitif, kemampuannya dalam mengingat, berpikir, serta berinteraksi dengan lingkungan.
Penyakit ini umumnya akan muncul atau berkembang dengan lambat dan keluhannya sangat bervariasi. Ada yang dari berapa bingung sedikit-sedikit, ada juga gangguan yang lebih parah, yaitu keluhannya karena tidak bisa lagi mengingat hal-hal penting di kehidupan sehari-harinya.
Demensia ini memang lebih menjangkit pada yang sudah tua, tetapi beberapa faktor genetis, gaya hidup, dan kemungkinan terdapat penyakit lain yang menyertainya berpengaruh juga untuk menimbulkan demensia ini di umur lebih muda.
Perkembangan ilmu pengobatan kini telah memberikan banyak pemabahasan mengenai faktor-faktor yang mendukung kesehatan otak. Sayangnya, sampai saat ini, belum ada satu obat pun yang dapat menyembuhkan sepenuhnya demensia. Untuk itu, pencegahan sangat perlu diperhatikan.
Salah satu prevensi atau pencegahan utama demensia adalah merawat otak sejak dini, melalui hidup sehat dan pemantapan mental senantiasa, Penjagaan otak tidak hanya vital bagi kemajuan demensia tetapi juga hidup menuju kualitas lebih baik.
Otak manusia sangat mampu beradaptasi hingga usia tua dan prinsip ini dikenal dengan istilah neuroplastisitas, yaitu kemampuan otak untuk membangun dan memperkuat jaringan saraf baru dalam merespon pengalaman dan pembelajaran.
Dengan demikian, meskipun usia dan kondisi fisik dapat mempengaruhi kemampuan kognitif seseorang, tetapi kekuatan yang tidak terlihat dipunyai otak mampu mempertinggi atau memperbaiki fungsi-fungsi kognitif tersebut.
Melalui pendekatan yang menyeluruh dan berkelanjutan, kita dapat mempertahankan dan menjaga ketahanan otak kita dari ancaman demensia.
Seiring dengan mengenali faktor-faktor yang memengaruhi kesehatan bagaimana pola makan yang sehat, aktivitas fisik teratur, latihan mental yang aktif menggunakan kecerdasan berpikir dan daya ingat, maka upaya dan usaha tersebut menjadi jaminan untuk memperkecil kemungkinan adanya demensia, serta tetap dapat menghidupkan kualitas yang lebih baik dalam usia lanjut, sehat dan stimulan mental yang bisa diaplikasikan untuk mengoptimalkan fungsi otak selamanya.
Demensia ternyata bukan lagi tantangan kesehatan ringan bagi dunia pada masa ini. Penyakit sederhana ini berangsur menurun, atau progresif, dalam hal fungsionalitas kognitif yang mencakup pengaruh memori, bahasa, dan penalaran hingga total menyesuaikan hidup seseorang.
Sekalipun hingga saat ini tak dapat dipastikan ada obat untuk menyembuhkan demensia, penelitian menunjukkan bahwa otak memiliki kekuatan luar biasa untuk menghadapi semua ancaman dari perlindungan yang kita ketahui sebagai neuroplastisitas.
Kita dapat menjaga otak agar tetap sehat dan aktif, sehingga dapat mengurangi kemungkinan terjadinya demensia bahkan memperlambat perkembangan bagi mereka yang sudah terdiagnosis.
Damensia bukanlah penyakit tunggal, tetapi istilah umum untuk sebagian gejala dengan penurunan kemampuan kognitif. Salah satunya adalah penyakit alzheimer, yang merupakan bentuk paling umum dari demensia.
Penyakit tersebut memengaruhi 50-70% dari semua kasus demensia, dan ditandai dengan kemerosotan daya ingat, berbicara, serta disorientasi.
Selain itu, demensia vaskular, yang dihasilkan dari gangguan terhadap peredaran darah ke otak, dan juga demensia lewy body, yang melibatkan akumulasi protein di otak, adalah contoh-contoh lain yang terkenal tentang demensia.
Penyebab pasti demensia belum sepenuhnya diketahui. Namun, beberapa faktor yang mempengaruhi pada risiko terjadinya demensia antara lain adalah usia lanjut, riwayat keluarga, riwayat sakit serupa, dan faktor gaya hidup, antara lain pola makan tidak sehat, kurang aktivitas fisik, dan stres kronis.
Banyak penelitian menunjukkan bagaimana penyakit ini sering berkembang sangat lamban bertahun-tahun sebelumnya dari keluhan, menjadikannya titik untuk menghentikan dan mengidentifikasi secara awal dalam perawatannya.
Satu kemampuan yang sangat luar biasa di dalam otak manusia adalah neuroplastisitas, yakni pembentukannya dan penguatannya pada koneksi saraf sebagai respons terhadap pengalaman atau rangsangan baru. Ini adalah proses yang dimana otak mampu untuk mengganti atau memperbaiki jalur saraf yang rusak atau hilang dari suatu mekanisme yang sangat penting dalam pemulihan cedera otak, dalam hal ini juga melawan penyakit neurodegeneratif seperti demensia.
Penelitian yang dilakukan para ilmuwan adalah bahwa otak manusia selamanya dapat beradaptasi dengan usia, meskipun memang lambat. Dalam Penelitian yang dilaporkan di jurnal neuron pada tahun 2015, disebutkan tentang orang-orang terlibat dalam aktivitas mental merangsang seperti membaca, bermain musik, atau memecahkan teka-teki yang dimana membuat orang itu mempunyai jaringan saraf yang lebih kuat dan lebih sehat.
Aktivitas ini memacu pertumbuhan sel-sel saraf baru yang pada gilirannya membantu menjaga daya ingat dan fungsi kognitif.Salah satu neurologi adalah neuroplastisitas yang diatur oleh pola hidup sehat.
Selain itu makan makanan sehat, olahraga dan tidur yang cukup dapat memudahkan untuk memperbaiki keadaan otak dan memperlambat penurunan kognitif karena penuaan atau beberapa penyakit seperti demensia.
Banyak faktor yang dapat menyebabkan terjadinya risiko demensia, walaupun faktor genetik memang berperan.Tetapi kita masih dapat mencegahnya dengan menjaga Kesehatan otak,badan dan mental kita, diantaranya adalah perubahan pola hidup yang lebih sehat.
Makanan yang kita makan sangat berpengaruh pada kesehatan otak. Pigmentasi atau warna dalam makanan yang beragam sangat berisi sumber vitamin seperti buah dan sayur, daging ikan, biji-bijian dan minyak zaitun, yang terbukti menurunkan risiko bunuh diri dan demensia.
Penelitian yang disebutkan dalam JAMA Internal Medicine pada tahun 2015 menunjukkan bahwa pola-pola makan tersebut dapat mengurangi hingga 35-40% kemungkinan terjadinya kehilangan kognisi.
Antioksidan juga dapat memelihara sel-sel otak dari kerusakan akibat oksidasi seiring penuaan, seperti bisa ditemukan dalam blueberry, kacang serta sayuran hijau. Juga olahraga teratur adalah aktivitas fisik yang tidak terbatas hanya dapat bermanfaat secara fisik tetapi juga untuk otak.
Olahraga biasanya menyebabkan peningkatan aliran darah ke otak, pembentukan sel saraf baru, perbaikan dalam mental atau kognisi. Penelitian oleh Archives of Neurology 2012 menunjukkan bahwa mereka yang aktif melakukan olahraga aktivitas fisik jarang memiliki kemungkinan lebih besar mengalami demensia daripada yang tidak.
Olahraga seperti jalan cepat, berlari, atau bahkan angkat beban dapat mengurangi peradangan serta mampu meningkatkan fungsionalitas otak. Tubuh memerlukan latihan fisik, otak juga perlu latihan mental untuk tetap tajam dan berfungsi dengan baik. Catur, teka-teki silang, belajar keterampilan baru, atau bahasa asing hingga alat musik dapat membantu meningkatkan kemampuan otak dalam memproses informasi.
Menurut American Academy of Neurology, individu yang melibatkan diri dalam kegiatan yang bersangkutan dengan mental atau kognitif berujung pada penurunan yang lebih lambat dibandingkan yang tidak.
Tidur yang cukup dan berkualitas sangat penting untuk kesehatan otak. Selama tidur, otak melakukan proses pemulihan dan pembersihan, termasuk menghilangkan racun atau toksin yang dapat menyebabkan kerusakan pada sel-sel saraf.
Penelitian dari Sleep Journal menunjukkan bahwa orang yang kurang tidur memiliki penumpukan beta amyloid, protein yang terkait dengan Alzheimer di otak manusia. Dengan memastikan tidur yang cukup, otak dapat melakukan pemrosesan dan pemulihan yang dibutuhkan untuk menjaga kesehatan jangka panjang.
Juga stres kronis dapat merusak struktur otak, terutama hippocampus adalah bagian otak yang berfungsi untuk menyimpan dan mengolah memori jangka panjang yang berperan banyak dalam ingatan atau memori dan emosi.
Oleh karena itu, penting untuk mengelola stres melalui teknik-teknik relaksasi seperti meditasi, yoga, atau pernapasan dalam. Studi yang diterbitkan dalam Journal of Neuroscience menunjukkan bahwa pengurangan stres dapat meningkatkan neuroplastisitas dan memperlambat penurunan kognitif.
Dari semua ancaman dalam menghadapi demensia, kita harus menyadari bahwa meskipun ada faktor genetik yang terlibat, gaya hidup sehat dan pencegahan dini dapat sangat mungkin menurunkan risiko, memperlambat serta menghambat perkembangan penyakit ini dan memelihara serta memperbaiki fungsi kognitif kita seiring bertambahnya usia.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua usaha yang dilakukan setiap hari seperti mengonsumsi makanan sehat, berolahraga secara teratur, menjaga stimulasi mental, tidur yang cukup, dan mengelola stres, memiliki dampak besar dalam menjaga kesehatan otak.
Pola makan seimbang kaya antioksidan dan asam lemak omega-3 dikombinasikan dengan gerak fisik yang dapat memperlancar aliran darah menuju otak dapat mencegah kerusakan sel-sel otak dari penuaan.
Pemeliharaan hubungan atau konektivitas saraf otak yang kuat dapat memperlambat penurunan kognitif juga dengan memberikan stimulasi mental secara berkelanjutan, misalnya membaca maupun belajar hal baru.
Menjaga kualitas tidur yang baik sangat penting dalam proses pemulihan dan pembersihan otak. Tidur yang cukup memungkinkan otak untuk menghilangkan racun atau toksin yang dapat menyebabkan kerusakan, termasuk protein berbahaya yang terkait dengan alzheimer. Pengelolaan stres, melalui teknik seperti meditasi atau relaksasi, juga berperan penting dalam melindungi otak dari kerusakan akibat stres kronis.
Kesimpulannya, meskipun demensia tetap menjadi tantangan medis yang sulit atau kompleks, kita memiliki kendali besar atas faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan otak. Dengan gaya hidup sehat yang berfokus pada pemeliharaan fisik dan mental, kita dapat memperkuat otak kita sebagai benteng melawan kabut demensia dan menjaga kualitas hidup kita lebih lama, bahkan di usia lanjut. (*)
Penulis: Muhammad Rafiq (Mahasiswa Universitas Jambi)