Sumbardaily.com, Padang Panjang - Para pelajar kelas IV SDN 12 Padang Panjang Timur, Kota Padang Panjang, Sumatera Barat, melakukan upaya kreatif dengan mengolah limbah minyak bekas penggorengan atau minyak jelantah menjadi produk sabun cuci ramah lingkungan.
Menurut Kepala SDN 12 Padang Panjang Timur, Karnelis, minyak jelantah yang tidak diolah dengan baik dapat mendatangkan berbagai penyakit jika dikonsumsi dan mencemari lingkungan jika dibuang begitu saja.
Untuk mengatasi masalah ini, pihaknya mengajak para pelajar untuk mengambil peran dalam mengolah limbah tersebut.
"Tujuan kami adalah mengurangi emisi karbon dan menciptakan lingkungan yang lebih sehat. Kami mengajak para anak murid untuk mengolah limbah minyak jelantah ini menjadi produk sabun cuci yang berguna. Setelah melakukan riset, kami berhasil menghasilkan sabun cuci dari limbah ini," ujar Karnelis.
Proses pengolahan melibatkan campuran bahan pendukung seperti Na-OH (soda api) dan bahan aromatis seperti serai dan daun sirih. Bahan-bahan ini didapatkan dari orang tua murid dan masyarakat sekitar. Sabun cuci yang dihasilkan diberi nama Samba yang merupakan singkatan dari sabun limbah.
Samba, sabun cuci hasil olahan dari minyak jelantah, memiliki banyak manfaat. Selain sebagai sabun cuci, Samba juga mampu membersihkan kotoran membandel pada kerah baju, kotoran berlemak, minyak, darah, serta berfungsi sebagai lap dapur.
Karnelis menjelaskan bahwa produk ini telah dipasarkan ke berbagai sekolah dan instansi di sekitar wilayah, termasuk sekolah-sekolah menengah dan beberapa dinas pemerintah.
"Harganya cukup terjangkau, yakni Rp2.000 per buah," sebut Karnelis.
Selain menghasilkan produk yang bermanfaat, kegiatan ini juga merupakan bagian dari penerapan Kurikulum Merdeka sebagai pembelajaran kokurikuler.
Karnelis menjelaskan bahwa kegiatan kreatif semacam ini dilakukan setiap semester dengan tema kewirausahaan untuk membekali para pelajar dengan keterampilan berwirausaha dan pemikiran kritis.
Selain itu, kegiatan ini juga memberikan dasar bagi para pelajar untuk menjalankan usaha di masa depan.
"Upaya ini tidak hanya berdampak pada proses pembelajaran, tetapi juga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga lingkungan yang bersih dan bebas dari pencemaran dapat terwujud," kata Karnelis. (*/red)