Sumbardaily.com, Padang Panjang – Harga sejumlah bahan pokok di Kota Padang Panjang, Sumatera Barat (Sumbar), kembali bergejolak pada pertengahan Oktober 2025. Kenaikan harga cabai merah menjadi perhatian utama pemerintah daerah karena dinilai menjadi salah satu pemicu meningkatnya angka inflasi di wilayah tersebut.
Wakil Wali Kota Padang Panjang Allex Saputra mengungkapkan, harga cabai merah naik Rp5.500 per kilogram, dari sebelumnya Rp89.500 menjadi Rp95.000 per kilogram. Kenaikan ini dilaporkan terjadi pada minggu kedua Oktober dan tengah dalam pemantauan pemerintah daerah.
“Kenaikan ini sedang kita pantau. Kami sudah meminta dinas terkait untuk menelusuri penyebabnya dan menyiapkan langkah antisipasi, termasuk operasi pasar sesuai arahan Kementerian Dalam Negeri,” ujar Allex saat Rapat Koordinasi (Rakor) Pengendalian Inflasi Daerah secara daring bersama Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian, Senin (13/10/2025).
Meski harga cabai merah mengalami lonjakan, beberapa komoditas pangan lainnya justru menunjukkan tren penurunan harga. Di antaranya ayam broiler yang turun Rp500 menjadi Rp30.500 per kilogram, telur itik turun Rp800 menjadi Rp31.200 per kilogram, serta cabai rawit yang turun Rp500 menjadi Rp39.500 per kilogram.
Allex menyebut, fluktuasi harga ini menjadi perhatian serius Pemerintah Kota (Pemko) Padang Panjang karena berdampak langsung terhadap daya beli masyarakat. Pemerintah berupaya menjaga keseimbangan harga agar inflasi tetap terkendali hingga akhir tahun.
Sementara itu, dalam rakor yang sama, Mendagri Tito Karnavian menekankan pentingnya langkah cepat seluruh pemerintah daerah dalam mengantisipasi kenaikan harga bahan pangan. Ia menegaskan bahwa cabai dan daging ayam kembali menjadi komoditas penyumbang utama inflasi nasional pada Oktober 2025.
Menurut Tito, tingkat inflasi nasional bulan Oktober tercatat naik 1,2 persen, dengan kontribusi terbesar berasal dari sektor pangan dan logam mulia, termasuk emas.
“Kenaikan harga cabai dan daging ayam terus berulang hampir setiap bulan. Ini harus diwaspadai karena dapat melemahkan daya beli masyarakat dan berpotensi menimbulkan ketidakstabilan sosial bila tidak dikendalikan dengan baik,” ujarnya.
Selain dua komoditas tersebut, Tito juga meminta pemerintah daerah memperhatikan harga telur ayam ras, daging ayam ras, dan jagung, yang menunjukkan tren kenaikan mingguan. Ia mengingatkan agar daerah memperkuat sinergi dengan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) dan secara rutin menggelar operasi pasar.
“Kami minta seluruh daerah memperkuat koordinasi dengan TPID dan segera melakukan intervensi pasar jika ditemukan kenaikan harga signifikan,” tambahnya.
Untuk komoditas beras, Tito menegaskan harganya masih stabil dan terkendali di sebagian besar daerah. Namun, ia mengingatkan agar pemerintah daerah tetap menjaga stok, distribusi, dan rantai pasok, terutama menjelang akhir tahun ketika permintaan biasanya meningkat tajam. (red)














