Sumbardaily.com, Padang – Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) M Djamil Padang akan melaksanakan simulasi penanggulangan bencana pada 2 Juli 2025 sebagai langkah kesiapsiagaan menghadapi potensi gempa megathrust dan tsunami. Kegiatan ini menjadi bagian penting dari upaya mitigasi risiko bencana, mengingat Sumatera Barat (Sumbar) dikenal sebagai salah satu wilayah dengan kerentanan tinggi terhadap bencana alam.
Simulasi akan melibatkan 620 personel dan diikuti 27 rumah sakit dari berbagai daerah. Kegiatan ini tidak hanya bertujuan menguji kesiapan rumah sakit menghadapi situasi darurat, tetapi juga mengevaluasi efektivitas standar operasional prosedur (SOP) dalam skenario bencana.
Direktur Utama RSUP M Djamil, dr Dovy Djanas, menjelaskan bahwa simulasi ini merupakan bentuk komitmen institusi dalam menjaga keselamatan pasien dan tenaga medis saat bencana terjadi. Menurutnya, Sumbar adalah kawasan yang kerap disebut sebagai etalase bencana di Indonesia.
"Padang sangat rawan gempa dan tsunami. Isu megathrust harus menjadi perhatian serius. Oleh karena itu, mitigasi dan edukasi kebencanaan harus dilakukan secara konsisten dan terukur," ujarnya saat sosialisasi drill bencana di Aula Poli Rawat Jalan Lantai 4, Senin (30/6/2025).
Ia menambahkan, rumah sakit harus siap menghadapi kondisi darurat karena pada saat bencana, fasilitas kesehatan menjadi garda terdepan dalam menyelamatkan nyawa. Untuk itu, kegiatan evakuasi dilaksanakan minimal sekali dalam setahun dan jalur evakuasi sudah disiapkan di berbagai unit pelayanan.
Simulasi bencana terakhir digelar pada 2019. Setelah jeda cukup panjang, pelaksanaan tahun ini dirancang lebih komprehensif dengan dua skenario utama: respons saat bencana dan penanganan pascabencana. Kegiatan ini diharapkan memperkuat sinergi antarunit di lingkungan rumah sakit dalam menghadapi kondisi kritis.
Direktur Medis dan Keperawatan RSUP M Djamil, dr Bestari Jaka Budiman, menekankan pentingnya peran rumah sakit sebagai institusi rujukan utama di wilayah Sumatera bagian tengah dan barat. Dengan posisi geografis Kota Padang yang berada di zona megathrust, kesiapsiagaan menjadi faktor esensial dalam menjaga keberlangsungan layanan medis.
"Dalam kondisi krisis, rumah sakit akan menjadi titik akhir penanganan korban. Jika sistem tidak siap, kekacauan bisa terjadi dan memperburuk situasi. Maka, perlu sistem yang terstruktur dan teruji," kata Bestari.
Ketua Komite Keselamatan Kerja RSUP M Djamil, Katherina Welong, menjelaskan bahwa simulasi pada 2 Juli akan mensimulasikan gempa berkekuatan 7,9 skala Richter. Gempa ini disimulasikan berpusat di koordinat 1°23 LS dan 98°54 BT, sekitar 80 kilometer barat Kota Padang, pada kedalaman 10 kilometer, dengan potensi tsunami.
Lokasi titik kumpul selama simulasi telah ditentukan di beberapa gedung rumah sakit, antara lain lantai 3 dan 4 Instalasi Rawat Jalan, Gedung COT lantai 3 (depan Bangsal THT Mata dan IBS), Gedung IPS Nonmedik lantai 3, Gedung IPD lantai 3, serta Gedung IKA lantai 3.
Melalui kegiatan ini, manajemen rumah sakit berharap seluruh civitas hospitalia dapat memahami peran masing-masing dan menunjukkan kesiapsiagaan maksimal saat bencana datang. Simulasi ini menjadi cerminan kesiapan sistem layanan kesehatan dalam menghadapi ancaman megathrust yang terus menjadi perhatian di wilayah pesisir barat Sumatera. (red)